Saat menginjak usia lansia, seorang lansia akan memiliki emosional yang berbeda dibandingkan saat dirinya masih muda. Perasaan lansia cenderung lebih sensitif. Kondisi tersebut sering membuat bingung anggota keluarga. Dibutuhkan kasih sayang dan kesabaran dalam merawat lansia karena pada usia lansia fungsi kognitif mulai mengalami penurunan. Hal tersebut juga memiliki dampak pada tingkat emosional lansia.
Apabila tidak segera dilakukan penanganan yang tepat, dikhawatirkan emosi lansia semakin tidak stabil. Namun, sebelum itu pihak keluarga harus dapat memastikan terlebih dahulu alasan mengapa lansia tersebut marah atau emosi. Pada umunya, faktor yang menyebabkan emosi lansia tidak stabil dan sering lepas karena dua hal. Pertama akibat faktor internal, yaitu adanya penurunan beberapa fungsi kognitif, perubahan hormon, perubahan tubuh lansia secara alami, maupun akibat permasalahan penyakit tertentu. Bagi lansia yang mengalami faktor permasalahan tersebut, langkah terbaik yang dapat dilakukan oleh pihak keluarga dengan mengubungi tenaga kesehatan untuk melakukan konsultasi.
Faktor kedua, yaitu akibat pengaruh dan perubahan lingkungan sosial lansia serta beberapa permasalahan eksternal lainnya. Pada usia lansia, perasaan kesepian cenderung sering menghantui mereka. Aktivitas berkumpul mulai mengalami penurunan sehingga dapat berdampak pada emosional lansia. Faktor eksternal ini juga dapat disebabkan adanya kondisi yang tidak baik dengan sesama keluarga. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pendekatan dan perbaikan hubungan dengan lansia. Mengajak lansia untuk dapat kembali berkumpul seperti saat masih muda juga dapat mengurangi rasa kesepian lansia.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan ketika menghadapi emosi yang tidak stabil pada lansia:
- Kenali faktor penyebab ketidakstabilan lansia (faktor internal dan eksternal)
- Tetap tenang dan sabar
Meskipun lansia berbicara dengan nada tinggi, pihak keluarga sebaiknya tidak membalas dengan nada tinggi kembali. Akan tetapi, perlu diusahakan untuk tetap berbicara secara secara lembut. Memori yang disimpan oleh otak lansia juga mengalami penurunan sehingga sering kali lansia menanyakan hal yang sama berulang kali. Kita sebagai anggota keluarga sebaiknya tetap berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan nada dan perkataan yang sopan.
- Berikan sentuhan fisik yang menyenangkan
Apabila melihat lansia yang sedang terdiam dan sedih, cobalah untuk mendekatinya, menemani, dan bahkan menggenggam tanggannya.
- Mendengarkan lansia dengan penuh empati
Seiring bertambahkan usia, banyak dari lansia kehilangan tempat untuk bercerita. Beberapa dari mereka juga merasa ingin di dengar. Maka dari itu, berilah ruang untuk bercerita bagi lansia dan dengarkan dengan seksama cerita-cerita mereka. Jangan mencoba menyela ketika lansia sedang bercerita sehingga mereka akan cenderung merasa lebih dihargai dan merasa perasaannya tervaliditas.
- Memberikan ruang untuk lansia agar tetap tenang
Jangan pernah sekali-kali memaksakan hal yang tidak ingin dilakukan oleh lansia. Selain itu, apabila lansia tidak berkenan untuk bercerita atau ditemani, jangan memaksakan diri. Beri sedikit ruang untuk lansia dapat memahami dirinya dan apa yang sedang terjadi. Apabila terlihat lansia lebih tenang dari sebelumnya, pihak keluarga baru dapat menemui lansia kembali.
Dengan mengetahui faktor yang menyebabkan ketidakstabilan emosi lansia serta cara menenangkannya, diharapkan seluruh pihak keluarga dengan sabar menghadapi perubahan emosi yang terjadi pada lansia. Sikap sabar merupakan salah satu bentuk dari cinta yang sangat nyata untuk orang tua yang dahulu telah merawat kita dengan penuh kasih sayang.