Seiring dengan proses penuaan alami pada tubuh lansia, tekanan darah juga mengalami peningkatan. Lansia yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki risiko tekanan darah tinggi yang cukup besar. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan pembuluh darah saat proses penuaan lansia. Tekanan darah dianggap tinggi apabila menunjukkan hasil lebih dari 140-90 mmHg.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi termasuk jenis penyakit tidak menular. Meskipun demikian, apabila tidak ditangani secara tepat hipertensi dapat membawa risiko penyakit lain yang lebih besar. Oleh sebab itu, keluarga dan lansia perlu mengenali penyebab terjadinya hipertensi, gejala hipertensi, dampak hipertensi, dan cara pencegahan penyakit hipertensi.
Penyebab terjadinya hipertensi pada lansia pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
- Faktor penyebab yang tidak dapat dirubah (unchangeable factors)
Faktor yang tidak dapat dirubah ini berkaitan dengan keturunan. Lansia yang memiliki garis keturunan keluarga dengan riwayat penyakit hipertensi lebih memiliki risiko tinggi terserang hipertensi dibandingkan lansia yang tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi. Yang kedua, yaitu jenis kelamin. Pada umunya, lansia perempuan yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko lebih tinggi terserang hipertensi dibandingkan lansia laki-laki. Namun, saat usia masih muda di atas 45 tahun, laki-laki lebih cenderung mengalami hipertensi. Selain faktor keturunan dan jenis kelamin, ternyata faktor usia juga dapat memengaruhi hipertensi. Seiring bertambahnya usia seseorang, risiko hipertensi semakin tinggi.
- Faktor penyebab yang dapat dirubah (changeable factors)
Beberapa penyebab hipertensi yang dapat dirubah antara lain, pola makan, aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan stres. Pola makan yang buruk dan cenderung mengonsumsi lemak serta natrium dalam kadar tinggi dapat menyebabkan risiko terserang hipertensi lebih besar. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki pengaruh pada hipertensi lansia. Lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik cenderung lebih tinggi terserang hipertensi dibanding lansia yang gemar melakukan aktivitas fisik.
Bagi lansia yang tidak melakukan aktivitas dan cenderung mengonsumsi kalori dalam kadar tinggi dapat meningkatkan obesitas. Kondisi obesitas pada lansia dapat meningkatkan risiko hipertensi akibat mengalami penumpukan lemak berlebih. Kebiasaan buruk seperti merokok pada lansia juga berperan dalam potensi terserang hipertensi karena zat yang terkandung dalam rokok dapat menurunkan kualitas pembuluh darah. Terakhir, yaitu tekanan stres pada lansia. Lansia sebaiknya dapat melakukan pengelolaan stres agar jantung dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi terjadinya hipertensi.
Gejala hipertensi yang harus diwaspadai:
- Merasakan sakit kepala atau pusing
- Penglihatan mulai kabur
- Merasa seperti akan pingsan
- Nyeri dada disertai sesak napas
- Badan cepat merasa lelah dibandingkan biasanya
- Tengkuk terasa lebih berat
- Nadi berdetak cepat
- Sulit tidur
Apabila mengalami gejala-gelaja seperti di atas, segera periksakan ke faskes terdekat agar mendapatkan penanganan secara tepat. Hal ini dikarenakan hipertensi pada lansia perlu ditangani secara tepat dan cepat agar tidak menimbulkan risiko penyakit lainnya, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, mata katarak, hingga risiko terserang stroke. Oleh sebab itu, keluarga dan lansia diharapkan dapat bersama-sama melakukan upaya pencegahan hipertensi seperti, menjaga pola makan yang lebih sehat, melakukan aktivitas fisik, menghentikan kebiasaan merokok dan minum kopi, mengelola stres, menjaga berat badan, dan rutin melakukan cek kesehatan.
Mari bersama-sama mendukung lansia sehat untuk kehidupan lansia yang lebih baik!